Albuminuria adalah suatu kondisi di mana urin mengandung protein albumin yang banyak. Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam darah, sehingga albuminuria disebut juga sebagai proteinuria. Protein merupakan senyawa kompleks yang terdapat di hampir semua bagian tubuh, termasuk otot, tulang, rambut, dan kuku. Protein yang berada dalam aliran darah juga melakukan sejumlah fungsi penting seperti melindungi tubuh dari infeksi, membantu pembekuan darah, dan menjaga keseimbangan cairan di seluruh tubuh. Bagaimana mekanisme terjadinya albuminuria? Saat darah melewati ginjal yang sehat, maka ginjal akan menyaring produk limbah dan zat-zat sisa yang tidak dibutuhkan oleh tubuh lalu membuangnya melalui urin. Sedangkan albumin dan protein lain merupakan zat yang masih diperlukan oleh tubuh sehingga tidak dikeluarkan. Namun, ketika ginjal mengalami kerusakan dalam menyaring, maka protein dari darah dapat bocor ke dalam urin. Jika proteinuria tidak terkontrol, peningkatan jumlah protein dalam urin dapat menyebabkan kerusakan ginjal menjadi lebih berat. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal. Penyebab Albuminuria Dua faktor risiko yang paling umum yang dapat menyebabkan albuminuria adalah sebagai berikut: Diabetes Tekanan darah tinggi (hipertensi) Keduanya dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, sehingga menyebabkan albuminuria atau proteinuria. Contoh penyebab albuminuria selain darah tinggi dan diabetes meliputi: Obat-obatan Trauma atau cedera Racun Infeksi Gangguan sistem kekebalan tubuh Peningkatan produksi protein di dalam tubuh dapat menyebabkan proteinuria. Contoh termasuk multiple myeloma dan amiloidosis .
Faktor risiko lainnya termasuk: Kegemukan Usia di atas 65 tahun Riwayat keluarga penyakit ginjal Preeklamsia ( tekanan darah tinggi dan proteinuria pada kehamilan ) Gejala Albuminuria Albuminuria tidak memiliki tanda-tanda atau gejala pada tahap awal. Banyaknya protein dalam urin dapat ditandai dengan urin yang berbusa. Disamping itu, karena protein telah meninggalkan tubuh, darah tidak bisa lagi menyerap cukup cairan, sehingga dapat terjadi pembengkakan di tangan, kaki, perut, atau wajah. Pembengkakan ini disebut edema. Ini adalah tanda-tanda hilangnya protein (proteinuria) dalam jumlah besar dan menunjukkan bahwa penyakit ginjal telah berkembang. Pemeriksaan laboratorium adalah satu-satunya cara untuk mengetahui seseorang mengalami albuminuria atau tidak dan apakah protein dalam urine menunjukkan adanya kerusakan ginjal yang luas. Diagnosis dan Pemeriksaan Pemeriksaan Proteinuria (Albuminuria) Dalam rangka melakukan pemeriksaan skrining terhadap penyakit ginjal, dokter akan memeriksa sampel urin acak untuk mendeteksi adanya proteinuria. Protein ini mudah dan cepat ditemukan dengan pengujian dipstick urin (lihat gambar di bawah). Jika tes skrining ini negatif, tes urine yang lebih akurat dapat dilakukan untuk mengukur rasio disebut rasio albumin : kreatinin. Rasio albumin-kreatinin terhadap sampel urin pagi dianggap akurat, tapi kadang-kadang koleksi urin 24 jam dapat dilakukan untuk mengukur albuminuria. Albuminuria juga dapat diukur dengan menggunakan dipstick-albumin spesifik pada sampel urin acak. Siapa yang harus melakukan pemeriksaan albuminuria dan seberapa sering? Semua orang dengan diabetes tipe I dan tipe 2 yang berusia antara 12 dan 70 tahun harus menjalani tes urine untuk memeriksa albuminuria setidaknya sekali setahun. Pedoman saat ini menyarankan skrining untuk albuminuria pada pasien dengan faktor risiko penyakit ginjal kronis, termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit sistemik, usia lebih dari 60 tahun, dan riwayat keluarga gagal ginjal. Jika positif, hasilnya harus dikonfirmasi dengan tes urine kedua. Pengobatan Albuminuria Jika seseorang memiliki diabetes, hipertensi, atau keduanya, tujuan pertama pengobatan albuminuria adalah mengontrol glukosa darah atau gula darah, dan tekanan darah. Orang dengan diabetes harus tes glukosa darah dengan rutin, mengikuti rencana makan yang sehat, mengambil obat yang diresepkan, dan melakukan olahraga atau latihan yang direkomendasikan oleh dokter Seseorang dengan diabetes dan tekanan darah tinggi mungkin juga memerlukan obat darah tinggi seperti ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB). Obat ini telah diketahui dapat melindungi fungsi ginjal yang lebih baik dibanding obat sarah tinggi lainnya. Banyak pasien dengan proteinuria tapi tanpa hipertensi juga dapat mengambil manfaat dari ACE inhibitor atau ARB. Orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan albuminuria, tetapi tidak diabetes, juga dianjurkan menggunakan obat darah tinggi ACE inhibitor atau ARB. Para ahli kesehatan merekomendasikan bahwa orang dengan penyakit ginjal harus menjaga tekanan darah nya di bawah 140/90 mmHg. Untuk menjaga target ini, seseorang mungkin perlu untuk mengambil kombinasi dua atau lebih obat tekanan darah. Dokter mungkin juga meresepkan diuretik dikombinaskan dengan ACE inhibitor atau ARB. Diuretik juga disebut “pil kencing” karena akan membantu seseorang buang air kecil dan menyingkirkan kelebihan cairan dalam tubuh. Selain glukosa darah dan mengontrol tekanan darah, National Kidney Foundation merekomendasikan agar membatasi diet garam dan protein. Seorang dokter dapat merujuk pasien ke ahli gizi untuk membantu untuk merencanakan menu makanan yang sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar